Kalau ngomongin Purworejo, satu julukan yang sering muncul di kepala orang-orang adalah "Kota Pensiun." Nggak tahu siapa yang pertama kali ngasih label itu, tapi sekarang kayaknya sudah jadi cap yang susah dihapus. Tapi, benar nggak sih Purworejo itu emang pantas dijuluki kota pensiunan? Atau ini cuma stereotip yang sebenarnya sudah nggak cocok lagi?
Pertama, mari kita bahas yang faktanya dulu. Purworejo emang terkenal sebagai kota yang adem ayem, jauh dari hingar-bingar kota besar. Banyak orang yang memilih menetap di sini setelah pensiun, menikmati suasana yang tenang. Kehidupan di Purworejo berjalan pelan-pelan, nggak ada yang namanya macet atau deadline kerja yang bikin stres. Buat banyak orang, ini adalah daya tarik Purworejo, sebuah kota yang menawarkan ketenangan hidup yang mungkin susah dicari di tempat lain.
Tapi di balik ketenangan itu, ada satu fenomena yang nggak bisa diabaikan: banyak anak muda Purworejo yang pergi merantau ke kota-kota besar. Kenapa? Karena di Purworejo, peluang kerja dan investasi memang terbatas. Bagi mereka yang punya ambisi besar, tinggal di sini mungkin terasa seperti menunggu sesuatu yang nggak akan pernah datang. Jadi, mereka pun angkat kaki, meninggalkan kampung halaman demi mengejar mimpi di luar sana. Ini bukan cuma cerita biasa tentang perantauan; ini adalah cerminan dari kondisi ekonomi Purworejo yang belum mendukung.
Masalah utamanya? Ya, minimnya investor yang mau ngelirik Purworejo. Kota ini seperti masuk ke dalam lingkaran setan: nggak ada investasi karena dianggap nggak prospektif, dan jadi nggak prospektif karena nggak ada investasi. Padahal, Purworejo punya banyak potensi. Dari pertanian sampai pariwisata, sebenarnya banyak yang bisa dikembangkan kalau ada modal yang masuk.
Ironisnya, banyak dari mereka yang sudah sukses di luar Purworejo akhirnya pulang untuk pensiun di kota ini. Mereka yang dulu meninggalkan Purworejo karena kurangnya peluang kini kembali untuk menikmati masa tua dengan tenang. Inilah yang membuat julukan "Kota Pensiunan" semakin kuat. Tetapi, apakah ini yang kita inginkan untuk Purworejo? Sebuah kota yang hanya menjadi tempat berlabuh bagi mereka yang sudah menyelesaikan petualangan hidupnya di tempat lain?
Sebagai generasi muda yang peduli, kita harus mulai berpikir tentang bagaimana mengubah stigma ini. Bagaimana caranya agar Purworejo bisa menjadi lebih dari sekadar kota pensiunan? Mungkin jawabannya terletak pada diri kita sendiri—pada kemauan untuk kembali dan membangun, pada kemampuan untuk melihat potensi yang tersembunyi di balik ketenangan kota ini.
Jadi, apakah Purworejo benar-benar kota pensiunan? Mungkin saat ini, jawabannya adalah ya. Tapi siapa bilang itu harus selamanya begitu? Dengan visi yang jelas, keberanian untuk berinovasi, dan sedikit dukungan dari para investor, Purworejo bisa saja berubah menjadi kota yang menawarkan lebih dari sekadar ketenangan bagi para pensiunan—tapi juga masa depan yang cerah bagi generasi penerusnya.