Purworejo, kota kecil nan damai di pesisir selatan Jawa Tengah ini, selalu punya cerita. Dari Pantai Jatimalang yang memanjakan mata hingga makanan khasnya yang menggugah selera. Tapi, di balik pesonanya yang aduhai, ada satu ironi yang tak bisa kita abaikan begitu saja: sempitnya lapangan pekerjaan di kota ini.
Mari kita mulai dengan realita paling pahit. Banyak orang Purworejo yang terpaksa meninggalkan kampung halaman demi mencari sesuap nasi di kota besar. Jangan salah, bukan berarti Purworejo kekurangan orang-orang berbakat. Justru sebaliknya, talenta-talenta muda di sini bisa diadu dengan mereka yang di kota metropolitan. Namun, apa daya, kesempatan kerja yang tersedia bisa dibilang sangat terbatas.
Bayangkan ini: sebuah kota dengan begitu banyak lulusan sarjana, diploma, hingga SMA, tetapi lowongan kerja yang ada bisa dihitung dengan jari. Pabrik-pabrik besar? hampir tidak ada. Perusahaan multinasional? Sangat Jarang. Kebanyakan yang ada hanya sektor informal dan usaha kecil yang tentu saja tidak bisa menampung semua pencari kerja. Akibatnya, banyak yang memilih bekerja di sektor yang jauh dari jurusan yang mereka ambil semasa kuliah. Jurusan Teknik Mesin jadi sales? Ada. Lulusan Ekonomi jadi tukang ojek? Banyak. Jangan heran jika keahlian yang mereka miliki pun tidak bisa termanfaatkan dengan optimal.
Tak berhenti di situ, permasalahan ini juga berdampak pada kualitas hidup masyarakat. Banyak anak muda yang terpaksa menunda atau bahkan mengurungkan niat untuk berkeluarga karena kondisi ekonomi yang belum stabil. Dampaknya, tingkat pernikahan usia muda menurun, angka kelahiran pun ikut menurun. Sebuah paradoks di tengah budaya Jawa yang kental dengan nilai-nilai keluarga.
Namun, di balik segala keterbatasan ini, ada semangat yang tak pernah padam. Anak-anak muda Purworejo tidak menyerah begitu saja. Mereka mencoba berbagai cara untuk tetap produktif dan kreatif. Ada yang membuka usaha online, ada yang aktif di komunitas kreatif, hingga ikut pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Ya, meskipun tak bisa dipungkiri, usaha tersebut sering kali terasa seperti setitik air di padang pasir.
Pemerintah daerah sendiri bukannya tidak berbuat apa-apa. Berbagai program pelatihan keterampilan dan kewirausahaan rutin diadakan. Namun, tanpa adanya investasi besar dan kehadiran industri yang memadai, upaya ini sering kali tidak membuahkan hasil yang signifikan. Program-program yang ada lebih sering bersifat temporer dan kurang mampu memberikan solusi jangka panjang.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Barangkali kita bisa mulai dengan meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Mendorong investasi masuk ke Purworejo, mengembangkan sektor pariwisata dan agribisnis yang sebenarnya punya potensi besar. Selain itu, pendidikan vokasi yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja juga bisa menjadi salah satu solusi.
Purworejo mungkin kecil dan sederhana, tetapi semangat dan potensinya besar. Dengan kerjasama dan tekad yang kuat, bukan tidak mungkin kota ini bisa keluar dari belenggu keterbatasan lapangan pekerjaan dan membuka peluang baru yang lebih luas bagi warganya.
Akhir kata, semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua bahwa di balik keindahan dan ketenangan Purworejo, ada perjuangan yang tidak boleh kita abaikan. Mari bersama-sama kita wujudkan Purworejo yang lebih baik dan lebih sejahtera.